Secara kebetulan saya menonton
acara Ring of Fire Adventure (RoFA) yang ditayangkan Kompas TV, Sabtu, 24
September 2016. Menarik bagi saya karena episode kali ini menampilkan eksplorasi
tim RoFA terhadap pesona Mutis, gunung tertinggi di Timor Barat. Sebagai anak
Timor di tanah rantau, tayangan ini semacam menjadi obat penawar rindu akan
tanah kelahiran. Apalagi tayangan video diisi backsound lagu daerah Helele-helela dan Bolelebo
yang akrab di telinga, sesekali mengajak untuk ikut berdendang. Sejauh
mengikuti acara RoFA edisi Mutis kali ini, acaranya cukup menarik dan meninggalkan
beberapa kesan.
Secara positif saya
mengapresiasi inisiatif tim RoFA yang memasukkan Mutis dalam agenda mereka.
Eksplorasi mereka yang luar biasa menyadarkan
saya akan potensi alam Timor yang menyimpan kekayaan luar biasa. Saya bersyukur
dan bangga lahir dari rahim Timor, tanah sekaligus ibu yang membesarkan,
membentuk dan mendidik kami putera-puterinya. Tayangan ini kemudian mengajak
saya untuk melihat kembali beberapa potensi wisata alam yang dianugerahkan
Tuhan kepada tanah Timor. Barisan bukit nan cantik yang menghiasi hampir
seluruh daratan Timor. Padang sabana dan hutan lontar yang menyebar sepanjang
pulau. Pantai-pantai yang tiada tara. Beberapa diantara potensi alam itu secara
perlahan telah diperkenalkan ke ruang publik seiring kesadaran masyarakat akan
kekayaan yang mengitari mereka. Namun harus disadari pula bahwa itu hanya
sedikit di antara begitu banyak destinasi yang belum terjamah.
Bahasan tentang alam Timor
berkaitan erat dengan manusia Timor. Dengan kata lain ada keterkaitan erat
antara geografi dan topografi Timor dengan manusianya. Atau dengan pengertian
sebaliknya dapat dikatakan bahwa secara garis besar antropologi dan kultur
manusia Timor berkaitan dengan yang alam yang didiaminya. Katakanlah seperti
gunung Mutis yang dieksplorasi RoFA, tak dapat dipisahkan dari kehidupan mayoritas
etnis Dawan yang mendiami wilayah Timor Barat. Dapat disimpulkan bahwa Timor selain menyajikan alam sebagai pesona
yang memikat, juga memiliki pesona
budaya tak dapat dikesampingkan. Dari sinilah beberapa hal perlu diperhatikan.
Eksplorasi Mutis bisa jadi
merupakan kesadaran baru akan begitu banyak kekayaan potensi wisata di wilayah
Timor Barat yang belum dieksporasi dan dikenalkan ke publik. Catatan penting
yang perlu diperhatikan adalah kesadaran ini hendaknya disertai dengan kesadaran
untuk menjaga dan melestarikannya. Katakanlah menikmati tanpa merusak tatanan
yang telah berlangsung sekian lama. Antara alam dan manusia memiliki nilai yang
erat bertautan, maka pengrusakan terhadap salah satu komponen di dalamnya akan
merusak keseluruhan tatanan yang sudah ada. Untuk mengembangkan pesona Timor
dibutuhkan pula pemahaman serta kesadaran ekologis dan antropologis yang
mendukung.
Dari sini saya secara pribadi
memberikan penghargaan kepada tim RoFA yang telah berusaha mengangkat kekayaan
terpendam bumi Timor. Namun penghargaan ini disertai sebuah catatan kritis. Bahwa
eksplorasi yang dilaksanakan hanya akan menjadi sebuah narsis orang kota yang
karena didukung berbagai kemudahan berusaha mengeksiskan diri di mana saja. Sejatinya
eksplorasi ini baiknya disertai pembelajaran terhadap dua hal. Pertama, bagi
masyarakat lokal, mereka hendaknya disadarkan akan kekayaan mereka, dan
bagaimana mereka mengelola kekayaan itu secara berdaya guna untuk kehidupan
mereka yang lebih baik. Kedua, karena eksplorasi ini secara tidak langsung
menjadi undangan bagi individu dan kelompok berikut yang juga ingin menikmati
pesona gunung Mutis, juga belahan bumi Timor yang lain, maka perlu diberikan
pula rambu-rambu yang harus dipatuhi guna menjaga kelestarian lingkungan yang
sangat berkaitan dengan manusia yang mendiaminya.
Katakanlah hal-hal praktis
seperti tak meninggalkan sampah bawaan pengunjung. Katakanlah tak menciptakan
kemungkinan terjadinya kebakaran. Katakanlah tak membuat coretan pada batu
maupun pohon-pohon yang ada. Katakanlah tidak memetik bunga-bunga liar yang
tumbuh dan menambah pesona alam di sana. Dengan demikian kalimat “tidak
meninggalkan apapun selain kesan dan tidak membawa pulang apapun selain gambar”
hanya akan menjadi kata kosong di atas narsis keegoan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar